Showing posts with label Kesehatan. Show all posts
Showing posts with label Kesehatan. Show all posts
Contoh Kasus Keperawatan Gawat Darurat

Contoh Kasus Keperawatan Gawat Darurat

Tn. M, 42 tahun mengalami tabrakan dengan mobil lainnya saat mengendarai mobilnya di jalan tol sekitar pukul 14.30 WIB.

Pada saat kejadin Tn. M pingsan, petugas menemukan adanya darah pada daerah perut, ternyata ada luka robek pada perut sepanjang 8x1x1 cm  disertai adanya jejas seluas 10x6 cm dan 7x5 cm pada dada sebelah kiri.  Petugas juga melihat ada hematom pada daerah frontal seluas 5x5 cm.

Beberapa saat kemudian Tn. M sadar. Ketika akan dikeluarkan dari mobil Tn. M menjerit kesakitan, ternyata ditemukan tungkai bawah kiri bagian atas patah, tampak membengkok dan bengkak, ditemukan luka robek  4x1x1 cm yang terus mengeluarkan darah.


Setelah berhasil dikeluarkan dari mobil, Tn. M segera dibawa ke puskesmas terdekat yang mempunyai fasilitas gawat darurat dan tiba pukul 15.00 WIB.

Di puskesmas Tn. M diperiksa, BP 120/80 mmHg, HR 88 x/menit dan RR 20 x/menit. Perawat puskesmas mengolesi semua luka dengan betadin, kemudian memasang spalk pada kaki kiri. Kemudian perawat menyarankan Tn. M dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas lebih lengkap karena menduga Tn. M mengalami trauma abdomen.

 Tn. M segera dibawa ke IGD RS X tanpa terpasang oksigen karena kehabisan dan hanya terpasang infus NaCl 0,9% pada lengan kiri (menggunakan infus set). Pada saat di IGD pukul 17.00 WIB, Tn. M kembali pingsan. BP 100/60 cm, HR 96x/menit, tekanan nadi lemah, RR 28x/menit.

 Tn. M hanya mengeluarkan suara menggumam ketika dipanggil tanpa membuka mata dan menarik tangannya ketika dicubit.  Beberapa saat kemudian Tn. M sadar dan mengeluh nafasnya berat dan agak sesak, serta nyeri pada perut dan kaki kiri.

Tn. M ditangani seorang perawat B  yang dibantu oleh 2 orang ko ass (dokter muda) dan 2 orang mahasiswa akper. Perawat B baru 1 minggu bekerja di IGD dan belum pernah mendapat pelatihan BTCLS. Sebelumnya Perawat B bekerja di Ruang Perawatan Penyakit Dalam.

Perawat senior lainnya yang berjumlah 4 orang sedang menangani pasien lain. Saat itu Ruang IGD tampak penuh, seluruh bed terisi pasien. IGD mempunyai kapasitas 6 bed untuk penyakit dalam dan 6 bed untuk kasus bedah, serta IGD kebidanan dan Neonatus. Perawat B melihat adanya luka robek setelah membuka spalk, luka tampak kotor dan tulang terlihat serta ada sebagian jaringan lunak yang hilang sehingga luka tidak bisa ditutup. Setelah mengatur tetesan infus menjadi 30 tetes/menit, Perawat B langsung meminta ko ass dan mahasiswa akper untuk melakukan hecting pada luka robek di tungkai dan memasang spalk.



20 menit kemudian BP turun menjadi 80 mmHg/palpasi dan HR 110 x/menit dengan tekanan nadi yang lemah. Perawat B melaporkan  kondisi Tn. M kepada dokter jaga. Dokter jaga segera meminta memasang alat bed side monitor dan memasang infuse 1 jalur lagi menjadi 2 jalur.

10 menit kemudian Tn. M tidak dapat dibangunkan, BP 62/39  mmHg, HR 120 x/menit dan nadi radialis tidak teraba, pernafasan gasping, saturasi oksigen 80%. 15 menit kemudian Tn. M apneu dan pada monitor  EKG tampak gambaran flat. Perawat melakukan resusitasi jantung paru selama 10 menit, akhirnya Tn. M tidak tertolong dan dinyatakan meninggal.

Kronologis kejadian dan pertolongan terhadap Tn. M telah didokumentasikan dalam berkas rekam medic secara lengkap dari mulai datang sampai meninggal.

30 menit kemudian keluarga Tn. M datang dan sangat sedih melihat Tn. M sudah meninggal. Keluarga merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan petugas di IGD karena merasa pertolongan kurang maksimal sehingga Tn. M sampai meninggal. Keluarga bertambah marah ketika Perawat B mengatakan dengan ketus bahwa ia sudah melakukan pertolongan secara maksimal. Keluarga menyatakan akan menuntut pihak rumah sakit.
Askep Tn. M. dengan Diabetes Melitus

Askep Tn. M. dengan Diabetes Melitus

Tn. M.,  usia 39 tahun, bekerja sebagai direktur sebuah home industry, mempunyai latar belakang pendidikan sarjana. Tn. M. mengeluh lemas dan tidak nafsu makan sehingga terjadi penurunan berat badan secara drastis. Tn. M. mengatakan mudah lelah bila beraktivitas, padahal ia harus bekerja dari pagi sampai malam karena harus bertemu relasinya. Tn. M. mempunyai seorang istri dan 2 orang anak. Ayah Tn. M. telah meninggal dunia karena menderita penyakit jantung dan diabetes melitus.

Tn. M., jarang berobat ke dokter dan hampir tidak pernah memeriksakan kadar gula darahnya. Pada saat dikaji berat badan saat ini 72 kg, sebelum sakit 85 kg dengan tinggi badan 170 cm. Kadar gula darah sewaktu (GDS) Tn. M. 375 mg/dl. BP 160/90 mmHg, HR 84 x/menit, RR 22 x/menit, T 38oC.

Pada jempol kaki kiri ditemukan ulkus kemerahan yang sudah hampir 1 bulan tidak sembuh-sembuh. Luka tersebut tidak begitu dirasakan sakitnya oleh Tn. M. Pada beberapa bagian kaki juga ditemukan beberapa bekas luka yang sudah menghitam.



Askep Tn. S. Dengan Sifilis


Tuan S. berumur 37 tahun mengatakan nyeri pada daerah genitalia dari semenjak 2 bulan terakhir. Rasa nyeri  bertambah parah setelah  beraktivitas dan pada saat malam hari. Tuan S juga mengeluhkan gejala-gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki dan tangan. 
 
Tuan S. bekerja sebagai wiraswastawan dan sering bepergian ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, berpisah dengan anak dan istrinya. Tn. S kadang-kadang memenuhi kebutuhan seksnya dengan pekerja seks komersial dan tidak suka menggunakan kondom karena tidak nyaman. Tn. D juga masih tetap melakukan hubungan seksual dengan istrinya apabila pulang.

Tn. S merasa cemas kalau dirinya mungkin  mengidap penyakit sifilis dan sebelumnya juga pernah menderita infeksi pada genitalia.  Tn. S mengakui tidak teratur minum obat karena lupa.  Tn. S juga khawatir menularkan penyakitnya kepada istrinya, serta merasa sangat bersalah.

Pemeriksaan tanda vital : TD = 120/90 mmHg, N = 88x/menit, RR = 22x/menit, suhu = 38o C. Pada pemeriksaan genitalia, pada daerah genitalia keadaannya tidak bersih terdapat luka kemerahan dan terdapat bintik bintik di daerah inguinal dan ditemukan adanya ulkus kemerahan pada  penis.    







PEDOMAN KONSELING KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TBC


PENGERTIAN 
Konseling berasal dari kata counsel yang artinya memberikan saran, melakukan diskusi dan pertukaran pendapat. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang membutuhkan(klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien mempunyai keyakinan akan kemampuan dalam pemecahan masalah. Konseling TBC adalah suatu proses komunikasi dua arah antara konselor dan penderita(klien) untuk membantu klien mengetahui dan memahami kepatuhan terapi pada penderita TBC. Konselor adalah tenaga kesehatan yang mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan yang bekerja di Puskesmas/dinas kesehatan/rumah sakit.Klien adalah sasaran konseling yang dalam hal ini adalah penderita TBC dan keluarga penderita TBC ,yang membutuhkan informasi tentang kepatuhan terapi pada penderita TBC.

HAL-HAL YANG PERLU DIMILIKI OLEH KONSELOR
  1. Mempunyai pengetahuan tentangstandar penentuan diagnosa penderita TBC, cara penyebaran penyakit TBC, cara pencegahan penyakit TBC, program terapi penyakit TBC.
  2. Memiliki sikap yang sopan, sabar dan empati
  3. Mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien.
  4. Menunjukan sikap ingin membantu klien.
  5. Menciptakan suasanan lingkungan konseling yang nyaman
  6. Mampu menjadi pendengar yang baik dalam menerima keterangan dari klien.

TEMPAT KONSELING
Ruang terpisah dengan ruangan lain agar klien merasa nyaman dan terjaga privasi pasien. Besar ruangan tergantung jumlah klien yang dilayani. Dalam ruangan tersedia fasilitas peralatan yang cukup memadai antara lain : flip chart, leaflet,dll.

LANGKAH-LANGKAH KONSELING
  1. Pengumpulan data meliputiidentifikasi data dan pengkajian data yang terkumpul dikaji, diidentifikasi secara rinci danmengambil kesimpulan atas masalah ketidakpatuhan yang dihadapi klien TBC berdasarkan pengumpulan data.
  2. Perencanaan konseling yang perlu diberikan.
  3. Memonitor dan evaluasi hasil konseling.

HAMBATAN YANG SERING DIJUMPAI OLEH KONSELOR
  1. Klien tidak mau bicara terbuka.
  2. Klien mengalami kejenuhan dan kesulitan dalam mengatur pola minum obat sesuai dengan anjuran.
  3. Klien mengeluh efeksamping yang ditimbulkan oleh OAT.
  4. Klien tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mendengarkan anjuran konselor.
  5. Klien berbicara terus yang sering tidak sesuai topik pembicaraan
  6. Ruang dan suasana konsultasi tidak mendukung jalannya proses konsultasi.
STANDAR PENENTUAN DIAGNOSA TBC

Dalam menentukan seorang klien menderita TBC diperlukan suatu standar penentuan diagnosa, yaitu:
  1. Gejala Respirasi:
  2. Batuk > 2-3 minggu (biasanya batuk berdahak)
  3. Batuk darah
  4. Adanya keluhan Nyeri dada
  5. Adanya demam  65-80 %
  6. Menggigil/ keringat dimalam hari
  7. Lekas lelah/malaise
  8. Anoreksia atau penurunan berat badan
  9. Pemeriksaan dahak mikroskopik (BTA +) minimal 2 kali, atau paling tidak satu spesimen harus berasal dari dahak di pagi hari.
  10. Fhoto thoraks dengan gambaran TBC.
Untuk kasus anak selain berat badan tidak mengalami kenaikan ± 2-3 bulan terakhir juga dilakukan pemeriksaan Mantoux Test dengan pemberian PPD secara Intra Cutan. Untuk penentuan TBC pada anak dengan menggunakan panduan skoring.

CARA PENYEBARAN PENYAKIT TBC
Infeksi, bila seseorang menghirup percikan renik yang mengandung Microbacterial Tb dan akhirnya sampai ke alveoli. Gejala timbul beberapa saat setelah infeksi, umumnya setelah respon imun terbentuk 2-10 minggu setelah infeksi. Sejumlah kuman tetap dorman bertahun-tahun yang disebut infeksi laten. Penularan Microbacterial Tb melalui udara(air bone) yang menyebar melalui partikel percik renik (droplet nuclei) saat seseorang batuk, bersin, berbicara, berteriak atau bernyanyi.Percik renik berukuran 1-5 mikron dan dapat bertahan di udara selama beberapa jam sampai beberapa hari sampai akhirnya ditiup angin.

CARA PENCEGAHAN PENYAKIT TBC

Pertimbangkan :

Faktor Pasien
  1. Tingkat keparahan penyakit TBC dan tingkat penularan.
  2. Kepatuhan pada etika batuk atau ketaatan pada praktik pengendalian infeksi (penggunaan masker,tempat tinggal mempunyai sirkulasi udara yang baik).
  3. Pengobatan (lama pengobatan yang sudah berlangsung, kepatuhan minum obat, mendapatkan dosis dan jenis obat yang tepat).
  4. Status kesehatan pasien, misalnya sistem imun dan nutrisi.
Faktor Penerima
  1. Tingkat kontak dengan pasien(sumber penularan)
  2. Kedekatan jarak
  3. Lamanya kontak
  4. frekuensi
  5. Kepatuhan dengan praktik pengendalian pencegahan infeksi( penggunaan masker,tempat tinggal mempunyai sirkulasi udara yang baik)
  6. Kerentanan terhadap infeksi (usia,status gizi, keadaan kesehatan secara umum dan ketahanan sistem imun).

Faktor Kuman TBC
  1. Strain TB tertentu, lebih mudah ditularkan
  2. Orang dengan strain resisten obat dapat menularkan kelebih banyak orang karena lebih lama sakit disebabkan pengobatan yang sulit sehingga fase infeksiusnya lebih lama.
  3. Ventilasi udara yang tidak tepat(penggunaan AC tanpa pergantian udara).
  4. Tingkat kepadatan pada fasilitas tersebut
  5. Praktek pembersihan dan desinfeksi alat dan ruangan
  6. Sarana penanganan spesimen tidak memadai.

Tujuan utama pencegahan dan pengendalian infeksi TBC adalah:
  1. Deteksi dini
  2. Pemberian OAT secepat mungkin
  3. Mencegah orang lain terinfeksi TB

TERAPI PADA PENDERITA TBC

Tujuan pengobatan TBC
  1. Menyembuhkan pasien.
  2. Mencegah kematian karena TBC.
  3. Mencegah kekambuhan.
  4. Memutus mata rantai penularan.
  5. Mencegah resisitensi obat.
  6. Mengurangi dampak ekonomi dan sosial.
Prinsip pengobatan pada penderita TBC adalah:
  1. OAT dalam bentuk paduan obat adekuat, dosis tepat.
  2. Kombinasi dosis terpadu (KDT) lebih menguntungkan untuk meningkatkan kepatuhan, sehingga dianjurkan.
  3. Pengobatan sesuai dengan klasifikasi dan tipe pasien.
  4. Melakukan pengawasan langsung.
  5. Pengobatan TBC dilakukan dengan 2(dua) tahap, yaitu tahap awal dan tahap lanjutan.
  6. Mengikuti panduan obat anti tuberculosis.


 PROSES KONSELING
 
Persiapan dalam melakukan konseling
Untuk menerapkan suatu konseling yang baik maka perawat harus memiliki persiapan. Perawat sebaiknya melakukan persiapan prainteraksi dengan melihat data rekam medis pasien, ini penting agar perawat dapat mengetahui kemungkinan masalah yang terjadi seperti tingkat pendidikan yang akan mempengaruhi terhadap tingkat kepahaman dalam program pengobatan TBC. Selain itu perawat juga harus mempersiapkan diri dengan informasi-informasi terbaru yang berhubungan dengan pengobatan yang diterima oleh pasien.

Tahapan konseling
Pembukaan
Pembukaan konseling antara perawat dengan klien dapat menciptakan hubungan baik, sehingga klien/pasien akan percaya untuk memberikan informasi tentang penyebab ketidakpatuhan terapi pengobatan TBC. Dengan cara saling mengenal, mengemukakan tentang kontrak waktu yang akan disepakati bersama, dll.

Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah
Pada tahap ini perawat dapat mengetahui dari pasien/klien tentang masalah potensial yang mungkin terjadi selama pengobatan. Pasien bisa merupakan pasien baru ataupun pasien yang meneruskan pengobatan. Diskusi untuk mencegah atau memecahkan masalah dan mempelajarinya. Setiap alternatif cara pemecahan masalah harus didiskusikan dengan pasien/klien.Strategi pemecahan masalah ketidakpatuhan terapi penderita TBC :
  1. Memberikan informasi yang tepat mengenai obat meliputi  kebenaran, instruksi yang lengkap termasuk berapa banyak, kapan, berapa lama penggunaan dan bagaimana jika obat lupa diminum; informasi tentang penyakit, kapan dan bagaimana pemakaian obat akan berguna untuk penyembuhan; Informasi tentang efek samping. 
  2. Mencegah ketidakpatuhan, dengan cara  bekerjasama dengan medis untuk mempermudah jadwal pengobatan dengan menurunkan jumlah obat, menurunkan interval dosis perhari dan penyesuaian regimen dosis untuk penggunaan terbaik pasien sehari-hari.
  3. Menyediakan alat bantu pengingat dan pengaturan penggunaan obat, misal alarm di handphone, chart, pemberian label instruksi pengobatan pada obatnya,pil dispenser(wadah untuk persediaan harian maupun mingguan), kemasan penggunaan obat per dosis unit.
  4. Mengingatkan pasien dengan telepon/sms untuk pembelian obat /kontrol kembali.
  5. Mengembangkan pengertian dan sikap mendukung di pihak keluarga pasien dalam mengingatkan penggunaan obat.
  6. Memberikan motivasi dalam menangani ketidakpatuhan dengan menjelaskan keuntungan dari penggunaan obat.
  7. Tingkatkan kewaspadaan pasien dari gejala penyakit yang diperlihatkan dan membutuhkan pengobatan.
  8. Jelaskan bahwa pasien harus dapat mengevaluasi dirinya sendiri, meliputi membantu pasien untuk mengembangkan kepercayaan dirinya, memastikan pasien/klien telah memahami informasi yang diperoleh dan  memastikan apakah informasi yang diberikan konseling dapat dipahami dengan baik oleh pasien dengan cara meminta kembali pasien untuk mengulang informasi yang sudah disampaikan. Dengan cara ini pula dapat diidentifikasikan adanya penerimaan informasi yang salah sehingga dapat dilakukan pembetulan.

Menutup diskusi
Sebelum menutup diskusi sangat penting untuk perawat bertanya kepada pasien apakah ada hal-hal yang masih ingin ditanyakan maupun yang tidak dimengerti oleh pasien. Mengulang pertanyaan dan mempertegasnya merupakan hal yang sangat penting sebelum penutupan sesi diskusi. Penekanan pesan yang diulang beberapa kali biasanya akan diingat oleh pasien.

Follow-up diskusi
Pada sesi ini merupakan dilakukannya pemantauan terhadap konseling yang telah dilakukan, namun pada kenyataannya seringkali mengalami kesulitan karena terkadang pasien mendapatkan konselor yang berbeda pada sesi konseling berikutnya.

Dokumentasi
Pendokumentasian adalah hal yang perlu dilakukan dalam setiap pelayanan keperawatan. Pendokumentasian berguna untuk evaluasi kegiatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan.

Tujuan pendokumentasian pelayanan konseling kepatuhan terapi TBC adalah:
  1. Mendapatkan data /profil pasien.
  2. Mengetahui riwayat penyakit pasien.
  3. Memantau kepatuhan pasien dalam berobat.
  4. Mengevaluasi pemahaman pasien tentang pengobatan.
  5. Menyediakan data jika terjadi tuntutan pada kesalahan penggunaan obat.
  6. Menyediakan data untuk evaluasi kegiatan keperawatan.
  7. Menyediakan data untuk evaluasi terapi.

EVALUASI
Kegiatan ini lebih bersifat pengamatan pada masing-masing pasien. Dengan mempunyai dokumen yang berisi riwayat pengobatan pasien, perawat yang memberikan konseling dapat melakukan pengamatan apakah pasien patuh dalam menjalani pengobatan. Perawat dapat mengambil tindakan untuk memperbaiki kepatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatan. Kegiatan ini sangat bermanfaat pada pengobatan TBC. Beberapa pengamatan yang dapat dilakukan adalah :
  1. Menghitung waktu pengulangan pemberian/perolehan obat (refill)
  2. Menghitung jumlah obat yang tersisa pada saat pengulangan pemberian
  3. Mewawancara pemahaman pasien tentang cara penggunaan obat(dosis,cara minum, waktu minum,dll).
  4. Menanyakan kepada pasien apakah gejala penyakit yang timbul berkurang atau hilang, atau ada perbaikan dari kondisi sebelumnya.

Fisiologi Sistem Endokrin



Deskripsi

Sistem endokrin terlibat dalam semua aspek integratif kehidupan, termasuk pertumbuhan, diferensiasi seks, metabolisme, dan adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah.  Sistem endokrin bersama sistem saraf melaksanakan sebuah mekanisme regulasi neuroendokrin yang mengatur berbagai aktivitas tubuh.

Hubungan Sistem Saraf dan Sistem endokrin

Sistem endokrin terdiri dari susunan kelenjar-kelenjar yang mensintesis dan mengsekresi zat yang disebut hormon. Kelenjar endokrin disebut juga kelenjar buntu karena tidak punya saluran dan langsung mengsekresikan hormon ke sistem sirkulasi.  Mekanisme kerja sistem endokrin adalah sebagai berikut :

Mekanisme Kerja Sistem Endokrin
Sistem endokrin meliputi:
 1.    Reseptor yg berperan untuk mendeteksi proses regulasi dalam tubuh
2.    Integrator (dapat berupa neuron, kelenjar endokrin)
3.    Organ efektor yang selanjutnya menyampaikan pesan di dalam sel
4.    Hormon yang bertugas menyampaikan pesan di dalam sel

Ikatan antara hormon dan reseptor akan menghasilkan suatu rantai kerja sesuai dengan reseptor yang diinginkan. Hormon umumnya dianggap sebagai respon kimia yang dibawa dalam cairan tubuh. Mereka adalah molekul organik yang sangat khusus yang diproduksi oleh organ endokrin yang mengerahkan aksi terhadap sel target tertentu. Hormon tidak memicu reaksi, mereka adalah modulator respons sistemik dan seluler.

Susunan Kelenjar Endokrin
 
 Konsep Utama Hormon

1.    Hormon berfungsi sebagai pembawa pesan kimia, bergerak melalui darah ke daerah target yang jauh dari tindakan, atau bertindak lebih lokal sebagai utusan parakrin atau autokrin yang memicu efek lebih lokal.
2.    Kebanyakan hormon ada dalam cairan tubuh sepanjang waktu, tetapi dalam jumlah yang lebih besar atau lebih kecil, tergantung pada kebutuhan tubuh.
3.    Hormon bereaksi dengan berinteraksi dengan reseptor afinitas tinggi, yang pada gilirannya dihubungkan dengan satu atau lebih sistem efektor dalam sel. Beberapa reseptor hormon yang terletak pada permukaan sel dan bertindak melalui mekanisme pembawa pesan kedua, dan lain-lain berada dalam sel, di mana mereka demodulasi sintesis enzim, transpor protein, atau struktural protein.

Klasifikasi Hormon
1.      Peptida/ Protein
Merupakan kelompok terbesar dan diarahkan oleh mRNA pada retikulum endoplasma, sebagian besar dibentuk sebagi pro hormon peptide yang berasal dari pre pro hormon menghasilkan pro hormon, kemudian pepetida itu selanjutnya di pecahkan di apparatus golgi membentuk hormon. Contoh :  peptida, polipeptida, glikoprotein, dan protein, dapat sekecil thyrotropin releasing hormon (TRH), yang mengandung tiga asam amino, sebagian besar dan kompleks sebagai hormon pertumbuhan (GH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) , yang memiliki sekitar 200 asam amino. Glikoprotein adalah hormon peptida besar yang terkait dengan karbohidrat (misalnya, FSH).
2.      Amina
Derivet asam amino tirosin, yang di sekresikan oleh kelenjar tiroid dan medulla kelenjar adrenal (catecholamines). Contoh : norepinefrin dan epinefrin, yang berasal dari asam amino tunggal (yaitu, tirosin), dan hormon tiroid, yang berasal dari dua iodinasi residu asam amino tirosin.
3.      Steroid
Terdiri dari hormon steroid, yang merupakan turunan dari kolesterol, tererdifusi melewati membran sel, reseptor dalam sel
4.      Turunan Asam Lemak
Sekelompok senyawa turunan asam lemak memiliki aksi mirip hormon. Contoh : Eicosanoids diantaranya asam arakidonat merupakan prekursor paling penting dan berlimpah dari berbagai eicosanoid. Yang paling penting dari eicosanoids adalah prostaglandin, leukotrien, dan tromboksanR etinoid (misalnya, asam retinoat) juga berasal dari asam lemak dan memiliki peran penting dalam mengatur aksi reseptor inti.

Kelas Hormon Berdasarkan Struktur
Amina dan Asam Amino
Peptida, polipeptida, dan Protein
Steroid
Senyawa Asam Lemak
Dopamin
Epinefrin
Norepinefrin
Hormon  Tiroid

Corticotropin-releasing hormone (CRH)
Growth hormone–releasing hormone (GHRH)
Thyrotropin-releasing hormone (TRH)
Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
Follicle-stimulating hormone (FSH)
Luteinizing hormone (LH)
Thyroid-stimulating hormone (TSH)
Growth hormone (GH)
Antidiuretic hormone (ADH)
Oxytocin
Insulin
Glucagon
Somatostatin
Calcitonin
Parathyroid hormone
Aldosterone
Glucocorticoids
Estrogens
Testosterone
Progesterone
Androstenedione
1,25-Dihydroxyvitamin D
Dihydrotestosterone (DHT)
Dehydroepiandrosterone (DHEA)
Eicosanoids
Retinoid

Hampir semua peptida dan katekolamin bersifat hidrofilik sedangkan semua steroid dan hormon tiroid bersifat hidropfobik.

Siklus Kerja Hormon

1.     Hidrofilik, bereaksi dengan reseptor pada membran dan mengaktifkan pesan kedua ( Second messenger ), karena tidak dapat menembus dua lapisan lemak yang memebentuk membran sel. (Gbr. 1, A hidrofolik)
2.      Hidrofobik, bereaksi dengan reseptor internal, karena dapat berdifusi menembus dua lapisan lipid dari membran sel, umumnya reseptor berperan sebagai faktor transkripsi dan mempengaruhi ekspresi gen. (Gbr. 1, A hidrofobik)
Kerja Hormon

Pengaturan Sekresi Hormon
1.    Umpan Balik Negatif
Umpan balik negatif adalah mekanisme utama dalam sistem endokrin untuk mempertahankan homeostasis, pengaturan sekresi hormon. Sekresi dari hormon yang spesifik di-”on atau off”-kan oleh perubahan fisiologi yang spesifik. Hormon dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi sekresinya sendiri melalui mekanisme down- regulation (penurunan jumlah reseptor hormon yang menyebabkan penurunan sensifitas pada hormon).

Mekanisme Umpan Balik Negatif

2.    Umpan Balik Positif
Up-regulation: peningkatan jumlah reseptor hormon yang menyebabkan sel lebih sensitif terhadap hormon tertentu, Sangat jarang terjadi.