Aku Seorang PERAWAT (Sebuah PENGAKUAN)

Ketika kuliah pertama di Akper dr. Otten Bandung, Ibu Suharyati bertanya, "Apa alasan anda masuk AKPER?"..sebagian teman-temanku menjawab,"..karena nggak lulus UMPTN bu!!!" sambil tertawa-tawa senang... Akupun mengiyakan jawaban teman-temanku. Aku masuk akper atas saran bibiku yang seorang bidan. Aku juga sudah coba testing UMPTN, Poltek Ciwaruga, STT Telkom..semuanya ngga ada yang nyangkut, LOLOS semua...Tapi ketika tes di Akper Otten, aku bisa lulus bersama 39 orang teman lainnya dari sekitar 1500 peserta. aku HERAN!!....yap!!, dari 1500 peserta aku bisa lulus masuk akper, padahal sainganku cukup banyak..Yah, inilah NASIB...



Kemudian Ibu Suharyati menjelaskan bahwa jawaban seperti itu yang bikin perawat belum menjadi profesi yang punya martabat sama dengan profesi lain seperti dokter. Beliau juga bercerita ketika naik angkot ada seorang mahasiswa perawat ditanya oleh penumpang lainnya, "Kuliah dimana de?" jawabnya "..di akper, bu."..dengan suara pelan hampir tidak terdengar dan malu-malu mencerminkan RASA TIDAK PERCAYA DIRIi kuliah di akper atau menjadi seorang calon perawat..."Bagaimana perawat bisa dihargai oleh profesi lain kalau perawatnya sendiri tidak percaya diri! Lihat saja kalau ada acara, kalau duduk selalu ingin di BELAKANG, kalau ditanya selalu LAMBAT menjawab dan didahului dengan MMMHHH, MMHHHH...penuh dengan keragu-raguan atau kalau berpakaian tidak rapi alias KUCEL, baju putihnya udah luntur jadi KECOKLATAN!!" kata beliau.



Dialog itu yang selama ini sering teringat ketika mengenang pertama kuliah pertama kali di Akper Otten Bandung. Kuakui.. aku tidak percaya diri dan tidak sunggung-sungguh ingin kuliah di Akper. Bahkan ketika tingkat dua, aku sempat mengajukan pertanyaan kepada dosen waliku, Ibu Susi Hermaningsih, bagaimana caranya untuk mengundurkan diri dari Akper. Jujur, aku hampir tidak kuat, apalagi ketika mulai praktik di rumah sakit. Mendorong blankar, membersihkan pispot di spulhok, jadi perawat ADE (karena perawat selalu memanggil DE kalau mau nyuruh sesuatu), dines sore malem dan sebagainya. Semua itu benar-benar membuat aku semakin tidak percaya diri kuliah di akper.



Pernah ketika berdinas di ruang nifas, semua anggota kelompok diminta untuk melakukan vulva hygiene, aku stress dan akhirnya aku KABUR nggak balik lagi ke ruang nifas sampai Ibu Yeti, pembimbing klinikku mencari-cariku. Ketika dinas di Ruang VK, tak satu kalipun aku melaksanakan tugasku, aku BERSEMBUNYI di kamar asramaku, padahal Pak Ali (bapak asrama) selalu mengontrol tiap kamar dan menanyakan siapa saja yang dines malem,..aku LOLOS... Namun sepandai-pandainya ARIF MELOMPAT akhirnya jatuh juga!!i, pernah suatu saat aku ketahuan BOLOS, tidak melaksanakan dinas di Ruang 19 bersama sahabatku E*C*,..dan GANJARANNYA???...ganti dinas DUA KALI LIPAT!!!....



Barangkali itulah sepenggal ceritaku ketika kuliah di akper. Cerita itu mencerminkan aku tidak sungguh-sungguh kuliah dan tidak sungguh-sungguh ingin jadi perawat. Namun lambat laun aku mulai MENIKMATI menjadi seorang perawat. Ada kenyamanan tersendiri ketika pasien yang aku rawat berterima kasih, ada kebahagiaan ketika ada seorang pasien gelandangan (seorang nenek asal Aceh) yang ketika akan amputasi memintaku untuk HADIR mendampinginya dalam persiapan operasi, ada keharuan ketika pasien-pasien yang aku rawat berlinang air mata akan berpisah denganku, ada rasa suka ketika ada pasien yang kelihatannya NAKSIR (hehehe, GE-ER)... Yang pasti perlahan aku mulai menikmati menjadi seorang perawat.



Aku lulus dari Akper dr. Otten tahun 1996 akhir, 1 bulan kemudian aku bekerja sebagai DOSEN di Akper Faletehan Serang. Setelah menikah aku pindah ke Akper Yapkesbi Cirebon. Tahun 1999 aku melanjutkan kuliah di PSIK Unpad dan lulus tahun 2001 dari program akademik. Tahun 2003 aku lulus Tes CPNS dan ditempatkan di sebuah rumah sakit. Ketika bekerja di rumah sakit inii, akupun banyak mendapatkan pertentangan batin. Aku harus dinas sore malam meninggalkan anak-anakku. Istriku juga, karena ia seorang perawat yang sudah lebih dulu menjadi PNS di rs ini. Ketika istriku lanjut kuliah, aku harus mengurus anak-anakku sendirian. Aku mencoba menikmati semua itu sebagai sebuah perjalanan hidup, aku harus ikhlas membawa TIGA ANAKKU DINAS MALAM dan setiap pagi aku pamit pulang dulu untuk mengantar anakku sekolah. Bahkan ketika dua anakku yang terbesar (kelas 2 SD dan TK) tidak mau tidur di rumah sakit, aku TINGGALKAN mereka tidur di rumah hanya BERDUA, aku hanya membawa anak bungsuku, HANUN (sekarang anaknya udah EMPAT, hehehe..produktif, mumpung masih muda).



Aku juga harus terlambat naik PANGKAT/GOLONGAN karena aku BELUM NERS dan dianggap sebagai perawat D3. Hal ini yang membuatku surut kembali untuk menjadi seorang perawat. Aku berpikir kenapa sesama perawat bisanya saling MEMPERSULIT (barangkali pikiranku salah), padahal berkali-kali aku tanyakan ke UP dan BKD bahwa aku dapat naik pangkat mengikuti program reguler (4 tahun) kalau secara fungsional aku tidak bisa, dan akupun mendapatkan jawaban yang sama ketika bertanya ke BAKN. Seolah-olah kekuranganku menutupi kelebihanku. Aku selalu sungguh-sungguh saat bekerja, aku selalu terjaga menghadapi pasien saat teman-temanku TIDUR, aku juga pernah menjadi LULUSAN TERBAIK dengan nilai ujian 87,5 saat prajabatan, mengalahkan profesi lain seperti guru, dokter dsbnya.Tapi seolah semua itu sirna karena tertutupi oleh 1 kekurangan. Setelah 4 tahun 10 bulan, barulah aku bisa naik pangkat/golongan.



Tahun 2008 aku putuskan untuk KELUAR sejenak melupakan rasa sesakku yang membuat motivasi kerjaku turun, membuatku tidak semangat dan membuatku bekerja hanya karena rasa tidak enak kepada teman-temanku (sulit sekali untuk IKHLAS), aku NEKAD melanjutkan kuliah ke UGM pada peminatan Sistem Informasi Manajemen Kesehatan (SIMKES). Salah satu pertimbanganku, aku tidak mau menjadi PYUR PERAWAT, lebih baik aku hanya menjadi pendukung saja. Aku juga terinspirasi Pak Jason dari RS Banyumas yang sukses mengimplementasikan Sistem Informasi Keperawatan.



Aku keluar jalur keperawatan!..dan akupun sempat dengar samar-samar ada yang mengatakan bahwa orang yang keluar dari jalur keperawatan adalah pengkh***at keperawatan.. .aku cuma bisa berusaha berlapang dada. Tapi aku tetap YAKIN dengan pilihanku, aku ingat perkataan Ibu Suharyati, "Seorang perawat bisa menjadi seorang seniman, pengusaha, sastrawan dan sebagainya...."



Saat inipun aku suka sekali menulis,... tentang apapun. Pak Anis dosenku di SIMKES UGM selalu memotivasi mahasiswanya untuk selalu menulis walau sedikit. Aku juga hobi ELEKTRO, suka ngebetulin barang elektronik yang rusak ringan. Aku juga hobi OTOMOTIF, aku pernah turunin mesin motor maupun mobil, baik turun setengah atau semua (tapi yang turun total, nggak bisa NAIKIN lagi, hehehe...jadi harus panggil montir beneran!), ngecat mobil juga pernah..Alat pertukanganku juga lengkap, mulai BOR listrik, GERGAJI listrik, mesin penghalus kayu, mesin pembuat profil kayu, pemotong keramik, sampe KOMPRESOR juga ada..karena aku suka pertukangan...Aku juga ubah jaringan listrik di rumahku sendiri....Dan lagi aku pinter ngurus anak, aku nggak perlu panggil orang buat mandiin anakku, AKU BISA MANDIIN BAYI, aku juga bisa urus istriku yang lagi NIFAS..karena aku PERAWAT (ceritanya jadi MULTI PURPOSE PERSON!!!...Kalau CARI SUAMI, carilah yang seperti aku!..hehehe PD TTM)......



Dan sampai saat ini aku memang perawat, juga dosen. Aku dapatkan banyak RIZKI sebagai seorang perawat, aku dapatkan banyak ILMU dan wawasan sebagai seorang perawat, aku juga pernah dapatkan KEBAHAGIAAN sebagai seorang perawat.. Aku juga bisa sekolahkan istriku jadi sarjana keperawatan..dan mimpiku berikutnya, menyekolahkan istriku ke S2 Keperawatan..(semoga tercapai, amiin..).



Sampai saat ini aku belum yakin menjadi perawat, tapi bagaimanapun AKU MEMANG SEORANG PERAWAT, melekat kepadaku kode etik seorang perawat walaupun aku lebih suka bekerja sebagai dosen atau perawat TI. Aku juga harus semakin yakin setelah untuk kesekian kalinya aku mendengar dari Pak Farid (sekretaris PPNI Kab. Cirebon) dalam sebuah acara angkat janji program profesi ners di STIKes Cirebon bahwa, "PERAWAT ADALAH PROFESI MULIA karena seorang perawat berkewajiban membantu makhluk yang bernama MANUSIA yang DIMULIAKAN oleh ALLAH SWT.



Yap,... Perawat adalah profesi mulia yang harus kita junjung tinggi KEMULIAANNYA dengan bersungguh-sungguh menjalankan bebagai konsekwensi yang melekat padanya......dan marilah kita yakinkan diri bahwa KITA ADALAH PERAWAT YANG MULIA DI SISI ALLAH SWT!!!!...



(Terima kasih buat guru-guruku, teman-teman, sahabat...cerita ini hanya sebuah renungan, untuk membangkitkan SEMANGAT pribadi ataupun teman-teman, adik-adik calon perawat dan rekan sejawat...mohon maaf bila ada kesalahan kata....) kunjungi juga blogberdoa