INFORMATIKA KEPERAWATAN

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi aktivitas pengelolaan data dan informasi di bidang keperawatan. Peluang penerapan teknologi informasi dan komunikasi menjadi semakin luas ketika keperawatan dihadapkan kepada tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas sehingga para perawat harus menyediakan waktu asuhan langsung (direct care) kepada pasien yang lebih lama dan berkualitas. Teknologi membantu perawat mengurangi waktu dokumentasi dan mengalihkannya untuk direct care.

Integrasi aktivitas keperawatan dengan pengelolaan data dan informasi telah memunculkan terminologi informatika keperawatan. Di luar negeri, informatika keperawatan berkembang pesat pada seluruh aktivitas keperawatan, baik dalam bidang pelayanan, pendidikan maupun riset keperawatan.

a. Pengertian

Informatika keperawatan merupakan integrasi dari keperawatan, informasi dan manajemen informasi dengan pemrosesan informasi dan penggunaan teknologi komunikasi untuk mendukung upaya kesehatan (ICN, 2006).

Informatika keperawatan didefinisikan oleh ANA (American Nursing Ascociation) sebagai perkembangan dan evaluasi aplikasi, alat, proses yang membantu perawat mengelola data dalam melaksanakan asuhan kepada klien atau dalam mendukung praktik keperawatan (ICN, 2006).

Informatika keperawatan tidak lepas dari penggunaan teknologi komputer untuk mendukung praktik, administrasi, pendidikan dan penelitian keperawatan. Informatika keperawatan dapat diaplikasikan untuk seluruh area keperawatan yang meliputi praktik, administrasi, pendidikan dan penelitian. Berikut ini adalah contoh aplikasi informatika keperawatan pada area praktik klinik keperawatan : work list untuk mengingatkan perawat terhadap rencana intervensi keperawatan, komputerisasi dokumentasi keperawatan, electronic medical record dan computer based patient record, monitoring tanda-tanda vital dan informasi tagihan keuangan (billing) (Marin et al., 2000).

b. Sistem Informasi Keperawatan Berbasis Komputer

Pengelolaan informasi dalam sebuah organisasi meliputi tiga area yang saling berhubungan yaitu sistem informasi, teknologi informasi dan manajemen informasi. Teknologi informasi merupakan alat yang dipakai untuk memproses data dan informasi (Marin et al., 2000). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap asuhan keperawatan (Oyri et al., 2006).

Sistem informasi keperawatan bila diaplikasikan pada ruang lingkup yang kecil dapat dilakukan secara manual, namun saat data dan informasi dari ruang lingkup keperawatan yang lebih besar semakin kompleks maka diperlukan komputer untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan informasi (Marin et al., 2000).

Aktivitas keperawatan berhubungan dengan data dan informasi dalam jumlah yang besar, oleh karena itu komputer sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan modern. Perawat menggunakan komputer untuk menyimpan data pasien, menambah data, membuat dan mencatatkan kembali rencana keperawatan ke catatan perkembangan (progress note) dan mencatat perkembangan pasien (Ioanna et al., 2007).

Ada beberapa keuntungan penggunaan komputer dalam sistem informasi keperawatan menurut Ioanna et al. (2007) yaitu :

1) Meningkatkan dan memudahkan akses informasi.
2) Menurunkan redundansi entri data.
3) Menurunkan waktu yang diperlukan untuk dokumentasi keperawatan.
4) Meningkatkan waktu asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.
5) Memfasilitasi pengumpulan data untuk penelitian.
6) Meningkatkan komunikasi dan menurunkan risiko kesalahan.
7) Bermanfaat bagi pengambilan keputusan.

c. Standar Minimum Data Keperawatan

Data keperawatan merupakan dasar dari informatika keperawatan yang sangat diperlukan bagi komputerisasi sistem informasi keperawatan. Data keperawatan merupakan alat untuk merekam proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Data keperawatan yang lengkap dan akurat dapat dipakai untuk menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat (Marin et al., 2000).

Informasi keperawatan dihasilkan dari proses analisa data yang telah dikumpulkan dan diorganisir sedemikian rupa sehingga sistem informasi keperawatan menunjukkan pemrosesan data yang terimpan dalam database menjadi informasi. Informasi tersebut sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan dan menjaga kualitas asuhan keperawatan (Marin et al., 2000).

Sistem Informasi Keperawatan memerlukan data yang lengkap dan akurat sehingga harus memenuhi standar data minimum (Nursing Minimum Data Set/NMDS) (IMarin et al., 2000). NMDS bermanfaat untuk :

1) Memungkinkan komparasi klinik berdasarkan populasi, seting, kondisi geografis dan waktu.
2) Menggambarkan asuhan keperawatan pada klien dan keluarganya baik pada seting institusional maupun non institusional.
3) Mendemonstrasikan kecenderungan (tren) asuhan keperawatan.
4) Menstimulasi penelitian keperawatan berdasarkan data yang telah tersedia.
5) Menyediakan data asuhan keperawatan yang memfasilitasi dan mempengaruhi aspek klinis, administratif dan kebijakan dalam pengambilan keputusan.
NMDS terdiri dari tiga kategori yang berisi 16 kelompok elemen data yaitu :
1) Elemen keperawatan : masalah atau diagnosa keperawatan, intervensi, kriteria hasil dan intensitas asuhan keperawatan.
2) Elemen demografi : identifikasi personal, tanggal lahir, jenis kelamin, ras dan budaya (suku) dan tempat tinggal.
3) Elemen pelayanan : kode institusi pelayanan, nomor rekam medis, nomor register perawat, tanggal masuk, tanggal keluar, disposition patient chart dan perkiraan tagihan biaya perawatan.

NMDS pertama kali dikembangkan oleh Werley pada tahun 1988 dan dikembangkan menjadi Nursing Management Minimum Data Set (NMMDS) oleh Delaney dan Huber pada tahun 1996. Selanjutnya NMDS telah diaplikasikan secara internasional menjadi i-NMDS (international NMDS) di beberapa negara seperti Belgia, Kanada, Selandia, Korea, Belanda, Spanyol, Swiss, Thailand, Inggris dan Amerika (Marin et al., 2000).